Senin, 16 Maret 2015

karya ilmiah bahasa indonesia tentang minyak jelantah



judul karya ilmiah yang cukup menarik dan unik ini adalah terinspirasi dari pengalaman saya sendiri. semoga membantu dan bermanfaat ^_^

KARYA ILMIAH BAHASA INDONESIA
LIMBAH JELANTAH sebagai PENERANG PENGGANTI LILIN”


 
 





Nama Kelompok :
1.     Fikri Candra Septiaji
2.     Irma Nur Anisah
3.     Prika Tri Handoko
4.     Ryana Puspita Sari
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL
SMA NEGERI 1 ARGAMAKMUR
TAHUN AJARAN 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Limbah Jelantah sebagai Penerang Pengganti Lilin”.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh karena kurangnya pengetahuan penulis. Namun berkat bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan. Maka dari itu, penulis harus mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.                  Bapak Drs. Bambang  Purwanto, M.Pd selaku kepala sekolah SMA N.1 Argamakmur.
2.                  Ibu Herlina Wati, M.Pd selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang selalu membimbing dan memotivasi penulis dalam pembuatan karya tulis hingga karya tulis ini selesai.
3.                  Teman-teman kelas XI IPA 1 yang telah membantu penulis dalam pembuatan karya tulis dari awal pembuatan hingga selesai dan menginspirasi penulis dalam pembuatan karya tulis ini.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif supaya penulis dapat lebih baik lagi dalam pembuatan tugas seperti ini. Penulis berharap bahwa karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua umumnya bagi pembaca.
                                                                    Argamakmur,   Maret 2014

                                               
                                                                                    Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................................1
Kata Pengantar.................................................................................................................2
Daftar Isi..........................................................................................................................3
BAB 1   PENDAHULUAN
     1.1 Latar Belakang.........................................................................................................5
     1.2 Batasan Masalah ......................................................................................................6
     1.3 Rumusan Masalah....................................................................................................6
     1.4 Tujuan......................................................................................................................6
     1.5 Manfaat....................................................................................................................7
     1.6 Hipotesis..................................................................................................................7
     1.7 Definisi Operasional................................................................................................7
BAB II   KAJIAN TEORI
     2.1 Pengertian Jelantah..................................................................................................8
          2.11 Sifat Fisika Jelantah.......................................................................................10
          2.12 Sifat Kimia Jelantah.......................................................................................11
     2.2 Pengertian Lilin.......................................................................................................12
     2.3 Bahaya Minyak Jelantah.........................................................................................12
     2.4 Pemanfaatan Minyak Jelantah saat Lampu Padam.................................................14

BAB III   METODOLOGI PENELITIAN
3.1     Metode Penelitian...................................................................................................16
3.2  Cara Pengumpulan Data.........................................................................................16
3.3 Tempat dan Waktu..................................................................................................16
3.4 Alat dan Bahan........................................................................................................16
3.5 Penggunaan Alat dan Bahan...................................................................................16
3.6 Cara Kerja...............................................................................................................17
BAB IV  PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan..........................................................................................18
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..............................................................................................................19
5.2 Saran........................................................................................................................19
Lampiran Gambar............................................................................................................20
Daftar Pustaka..................................................................................................................22
         


    
BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Indonesia dikenal dunia memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah, terutama minyak bumi dan gas alam. Hal ini yang menjadikan Indonesia memanfaatkan sumber daya alam tersebut dalam jumlah yang besar untuk kesejahteraan masyarakatnya. Indonesia termasuk negara penyumbang minyak terbesar di dunia oleh karena itu hal ini dikhawatirkan berdampak kepada sumber daya alam tersebut, dimana kita ketahui SDA minyak bumi dan gas alam adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan lama-kelamaan akan habis di gali. Kemungkinan Indonesia kehilangan SDA tersebut sangat besar, sehingga menyebabkan kelangkaan bahan bakar yang sekarang ini saja sudah terasa dampaknya, dengan kelangkaan minyak tanah, dan harga minyak dunia yang semakin tinggi.
Permasalahan di atas menjadikan kita harus berpikir bagaimana caranya untuk mengganti SDA tersebut dengan sumber daya energi yang murah dan tepat guna? Sebagai jawaban dari permasalahan tersebut adalah bioenergi. Bioenergi sendiri merupakan sumber daya alternatif yang dapat digunakan berulang-ulang, untuk mengganti sumber daya fosil yang banyak digunakan di Indonesia saat ini.
Produksi minyak sawit setiap tahun menunjukkan kenaikan yang sangat cepat. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia. Lebih dari setengah produksi minyak sawit Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang banyak di dominasi oleh industri minyak goreng. Kebutuhan minyak sawit industri minyak goreng dalam negeri mencapai 6529,3 ton pada tahun 2007 (54 %) dan sebagian kecil digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri oleokimia (5 %), industri sabun & industri margarin (3 %) serta sisanya (± 40 %) diekspor (BPS, 2006).

Kebutuhan minyak goreng ini banyak dipakai baik untuk kebutuhan industri pangan maupun industri rumah tangga. Seiring dengan besarnya konsumsi dan pemakaian minyak goreng ini, maka keberadaan minyak goreng bekas atau minyak jelantah menjadi melimpah.
Bila tidak digunakan kembali, minyak jelantah biasanya dibuang begitu saja ke saluran pembuangan. Limbah yang terbuang ke pipa pembuangan dapat menyumbat pipa pembuangan karena pada suhu rendah minyak maupun lemak akan membeku dan mengganggu jalannya air pada saluran pembuangan. Minyak ataupun lemak yang mencemari perairan juga dapat mengganggu ekosistem perairan karena dapat menghalangi masuknya sinar matahari yang sangat dibutuhkan oleh biota perairan. Oleh karena itu diperlukan solusi untuk memanfaatkan limbah minyak goreng bekas, salah satunya dapat dimanfaatkan sebagai pengganti lilin saat mati lampu.



1.2              Batasan Masalah
Dalam penelitian ini ditentukan batasan masalahnya yaitu “Bagaimana cara memanfaatkan limbah minyak jelantah sebagai pengganti lilin saat mati lampu?”

1.3              Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, usaha kreatif sangat di perlukan untuk mengatasi limbah minyak jelantah dari sisa-sisa industri makanan. Maka dapat ditentukan rumusan masalahnya,yaitu:
1.    Langkah apa yang dapat ditempuh untuk mengatasi limbah minyak jelantah?
2.    Bagaimana cara mengaplikasikan pemanfaatan limbah minyak jelantah sebagai pengganti lilin?
3.    Apa saja manfaat yang di dapat dari pemanfaaatan limbah minyak jelantah?

1.4              Tujuan
Pembuatan karya ilmiah ini bertujuan untuk :
1.      Mengaplikasikan pemanfaatan limbah minyak jelantah dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Memodifikasi lampu yang bahan bakarnya dari limbah minyak jelantah.

1.5              Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari pembuatan lampu dan kompor minyak antara lain :
1.        Mengatasi masalah limbah minyak jelantah yang melimpah.
2.        Meningkatkan nilai ekonomi minyak jelantah menjadi bahan bakar nabati .
3.        Membantu mengatasi kelangkaan bahan bakar minyak tanah di kalangan masyarakat.
4.        Meningkatkan nilai guna minyak jelantah sebagai limbah yang tidak digunakan lagi.

1.6                          Hipotesis
1.      Lampu dari limbah minyak jelantah lebih ekonomis dan ramah lingkungan.
2.      Lampu bahan bakar nabati akan mengurangi tingkat pencemaran lingkungan rumah tangga.
3.      Lampu bahan bakar nabati akan lebih menguntungkan karena ekonomis, ramah lingkungan dan sangat praktis.

1.6       Definisi Operasional
1.      Limbah
Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negatif terhadap masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Limbah adalah sisa produksi, baik dari alam maupun hasil dari kegiatan manusia.
2.      Minyak Jelantah
Minyak goreng yang sudah di gunakan untuk penggorengan yang akan mencemari tanah dan lingkungan apabila di buang sembarangan.
3.      Lilin
Sumber penerangan yang terdiri dari sumbu, bahan padat dan dinyalakan dengan api yang biasanya digunakan masyarakat saat lampu padam.
4.      Lampu Teplok
Lampu yang terdiri dari sumbu, menggunakan wadah berisi bahan bakar minyak tanah, namun bedanya dengan sentih, lampu ini di tempel di dinding-dinding rumah biasanya digunakan sebagai penerangan saat lampu padam.


















BAB II
KAJIAN TEORI

2.1       Pengertian Minyak Jelantah
Minyak jelantah barangkali tidak asing lagi bagi ibu-ibu rumah tangga. Menurut pendapat Vitex Grandis (1980:67) Minyak jelantah atau waste of vegetable cooking oil adalah minyak yang sudah pernah dipakai, sehingga sudah mengandung akrilamida, radikal bebas, dan asam lemak trans (lemak jenuh yang menggemukkan). Terlebih kalau warnanya sudah kecoklatan, dan teksturnya kental. Kalau dipanaskan lagi, semakin tinggi kandungan senyawa-senyawa karsinogenik (senyawa kimia) tersebut di dalamnya. Vitex Grandis (1980:67)
Minyak jelantah ini akam mencemari lingkungan apabila dibuang sembarangan namun tidak baik untuk kesehatan apabila dikonsumsi lebih dari tiga kali pemanasan. Pengunaan minyak yang berulangkali terpaksa dilakukan karena terus melambungnya harga minyak goreng saat ini. Minyak ini dapat di gunakan kembali namun tidak boleh lebih dari tiga kali pemanasan. Biasanya digunakan kembali untuk keperluan kuliner akan tetapi, abila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi jelas bahwa pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia, menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya. Vitex Grandis (1980:69)
Menurut seorang mahasiswa semester delapan Unand, Aster Rahayu (2006:14) Minyak jelantah juga dapat digunakan kembali sebagai minyak goreng yang bersih tanpa kotoran, dengan cara minyak jelantah tersebut direndam bersama dengan ampas tebu, maka nantinya warna coklat dan kotoran pada minyak jelantah akan terserap oleh ampas tebu tersebut, sehingga minyak jelantah tersebut akan kembali bersih dan dapat dipakai kembali.
            Menurut BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), minyak jelantah (waste of vegetable cooking oil) telah mengalami perubahan struktur kimiawinya akibat proses penggorengan. Minyak jelantah mengandung asam lemak jenuh yang tinggi yang berbahaya bagi tubuh. Kandungan kolesterol baik (HDL) semakin berkurang sementara kolesterol buruk (LDL) semakin meningkat. Hal ini dapat memicu berbagai penyakit seperti hipertensi, penyumbatan peredaran darah, penyakit jantung, dan stroke. Bahkan lebih dari itu, minyak jelantah dapat menyebabkan kanker colon pada usus besar. Minyak jelantah juga dapat merusak nutrisi baik yang dikandung makanan. Contohnya ikan salmon yang mengandung Omega-3, nutrisi yang bermanfaat untuk menurunkan kolesterol dalam darah, akan hilang khasiatnya jika digoreng dengan minyak jelantah karena komposisi ikatan rangkapnya menjadi rusak. (Aster Rahayu 2006:14)
            Minyak jelantah, sama halnya dengan minyak goreng yang belum digunakan, masih memiliki asam lemak dalam bentuk terikat dalam trigliserida, tetapi dalam minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa hasil dekomposisi minyak. Minyak jelantah umumnya dihasilkan dari menggoreng bahan pangan dengan teknik deep frying, yaitu merendam seluruh bahan pangan di dalam minyak goreng. Sisa minyak goreng tersebut biasanya tidak langsung dibuang, melainkan ditambahkan sedikit minyak goreng yang baru untuk digunakan kembali secara berulang-ulang. (Aster Rahayu 2006:15)
2.11        Sifat Fisika Minyak Jelantah
Penggunaan minyak jelantah secara berulang-ulang akan mengubah warna minyak menjadi lebih gelap, pembentukan busa, timbul bau tengik, serta peningkatan viskositas dan massa jenis minyak. Perubahan warna minyak yang menjadi lebih gelap selain disebabkan teroksidasinya pigmen pigmen beta karoten dan klorofil, juga akibat polimerisasi hasil-hasil oksidasi sekunder dan interaksi minyak goreng dengan  komponen di dalam bahan pangan. Bau tengik dari minyak jelantah disebabkan minyak yang rusak akibat proses oksidasi dan pemanasan berulang, sehingga menghasilkan senyawa aldehid, keton, hidrokarbon, alkohol serta senyawa-senyawa aromatik. Peningkatan viskositas dan massa jenis disebabkan adanya komponen-komponen sekunder hasil reaksi hidrolisis, oksidasi maupun polimerisasi minyak jelantah. (Ketaren1986: 8).
2.12        Sifat Kimia Minyak Jelantah
Pemanasan dan penggunaan minyak jelantah yang berulang-ulang akan mengubah komposisi kimiawi dari minyak goreng. Perubahan ini dapatdisebabkan proses oksidasi, polimerisasi, hidrolisis dan karamelisasi yang terjadi di dalamnya. Proses pemanasan yang tinggi dari minyak goreng dapat menyebabkan komponen-komponen di dalam minyak seperti karoten dan klorofil mengalami oksidasi. Terjadinya reaksi oksidasi ditandai dengan perubahan warna minyak menjadi lebih gelap, sehingga semakin sering digunakan warna minyak semakin gelap.
Minyak jelantah memiliki kandungan asam lemak bebas yang tinggi akibat proses oksidasi dan hidrolisis komponen minyak goreng. Proses hidrolisis minyak goreng terjadi bila sejumlah air terkandung di dalam bahan pangan. Reaksi hidrolisis dari minyak goreng akan menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Tingginya asam lemak bebas tersebut akan meningkatkan bilangan asam minyak goreng. Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak dengan oksigen, biasanya oksidasi dimulai dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida. Tingkat selanjutnya adalah terurainya asam-asam lemak hasil proses oksidasi disertai dengan konversi hidroperoksida menjadi aldehid, keton serta asam-asam lemak bebas (Ketaren 1986: 8).
Pembentukan senyawa polimer selama proses menggoreng dapat terjadi akibat adanya reaksi polimerisasi adisi dari asam lemak tak jenuh di dalam minyak goreng. Hal ini terbukti dengan terbentuknya bahan menyerupai gum yang mengendap pada dasar wadah (Ketaren 1986: 14).
Pemanasan yang tinggi juga mengubah asam lemak tak jenuh menjadi asam lemak jenuh. Minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh lebih mudah diabsorpsi oleh usus dibandingkan mengandung asam lemak jenuh dapat mengakibatkan arthero sclerosis. Selain itu, proses tersebut juga dapat menghasilkan senyawa-senyawa radikal bebas yang bersifat karsinogenik di dalam minyak jelantah. Oleh karena itu pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak dan menurunkan kualitas dari minyak goreng serta mengganggu kesehatan manusia. (Sidjabat 2003: 2)

2.1                   Pengertian Lilin
Lilin adalah sumber penerangan yang terdiri dari sumbu yang diselimuti oleh bahan bakar padat. Sebelum abad ke-19, bahan bakar yang digunakan biasanya adalah lemak sapi (yang banyak mengandung asam stearat. Sekarang yang biasanya digunakan adalah parafin.Dengan menyebarnya penerangan listrik, saat ini lilin lebih banyak digunakan untuk keperluan lain, misalnya dalam upacara agama, perayaan ulang tahun, pewangi ruangan, dan sebagainya. (wikipedia 2000:1106).

2.2                   Bahaya Minyak Jelantah
Umumnya, minyak goreng digunakan untuk menggoreng dengan suhu minyak mencapai 200-300 °C. Pada suhu ini, ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh rusak, sehingga tinggal asam lemak jenuh saja. Risiko terhadap meningkatnya kolesterol darah tentu menjadi semakin tinggi. Selain itu, vitamin yang larut di dalamnya, seperti vitamin A, D, E, dan K ikut rusak.  Kerusakan minyak goreng terjadi atau berlangsung selama proses penggorengan, dan itu mengakibatkan penurunan nilai gizi terhadap makanan yang digoreng. Minyak goreng yang rusak akan menyebabkan tekstur, penampilan, cita rasa dan bau yang kurang enak pada makanan. Dengan pemanasan minyak yang tinggi dan berulang-ulang, juga dapat terbentuk akrolein, di mana akrolein adalah sejenis aldehida yang dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan, membuat batuk konsumen dan yang tak kalah bahaya adalah dapat mengakibatkan pertumbuhan kanker dalam hati dan pembengkakan organ, khususnya hati dan ginjal. (Kataren 1986:36)
Minyak goreng yang telah dipakai secara berulang-ulang, akan mengalami beberapa reaksi yang dapat menyebabkan menurunkan mutu minyak. Pada suhu pemanasan sampai terbentuk akrolein. Minyak yang telah digunakan untuk menggoreng akan mengalami peruraian molekul-molekul, sehingga titik asapnya turun. Bila minyak digunakan berulang kali, semakin cepat terbentuk akrolein. Yang membuat batuk orang yang memakan hasil gorengannya. Jelantah juga mudah mengalami reaksi oksidasi sehingga jika disimpan cepat berbau tengik. (Enchi 2001:13)
Selain itu, minyak jelantah juga disukai jamur aflatoksin sebagai tempat berkembang biak. Jamur ini menghasilkan racun aflatoksin yang menyebabkan berbagai penyakit, terutama hati/liver. Minyak Jelantah merupakan limbah dan bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik (penyebab kanker). Jadi, jelas bahwa pemakaian minyak jelantah dapat merusak kesehatan manusia. Menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya.
Selanjutnya, proses dehidrasi (hilangnya air dari minyak) akan meningkatkan kekentalan minyak dan pembentukan radikal bebas (molekul yang mudah bereaksi dengan unsur lain). Proses ini menghasilkan zat yang bersifat toksik (berefek racun) bagi manusia. (Enchi 2001:13)
Jadi, penggunaan minyak jelantah secara berulang berbahaya bagi kesehatan. Proses tersebut dapat membentuk radikal bebas dan senyawa toksik yang bersifat racun. Pada minyak goreng merah, seperti minyak kelapa sawit, kandungan karoten pada minyak tersebut menurun setelah penggorengan pertama. Dan hampir semuanya hilang pada penggorengan keempat. Minyak jelantah sebaiknya tidak digunakan lagi bila warnanya berubah menjadi gelap, sangat kental, berbau tengik, dan berbusa.
Kiat memilih minyak goreng dan mencegah dampak negatifnya:
  1. Pilihlah minyak goreng yang sesuai dengan kebutuhan.
  2. Jangan lupa baca label dan informasi yang lengkap. Bagi yang memiliki kadar kolesterol darah tinggi, hendaknya memilih minyak yang banyak mangandung asam lemak tidak jenuh, seperti minyak jagung dan minyak kedelai.
  3. Jangan memilih minyak goreng hanya dengan warna dan penampilan. Minyak yang jernih tak selalu lebih baik dari minyak yang berwarna kuning pekat. Warna dipengaruhi oleh karotenoid dan komponen lain dalam minyak. Dalam beberapa hal, karotenoid sangat menguntungkan bagi kesehatan. Sedapat mungkin bahan pangan yang digoreng menggunakan minyak yang sedikit. Hal ini menghindari penyerapan minyak yang berlebihan dan menghindari pemakaian minyak yang berulang-ulang. (Enchi 2001:29)
Usaha yang dapat dilakukan agar minyak goreng tidak mudah rusak:
  • Sebaiknya panas yang digunakan tidak terlalu tinggi.
  • Simpan minyak goreng di tempat yang tertutup rapat, dingin, dan terhindar dari panas matahari. Dengan demikian minyak goreng terhindar dari oksidasi dan tidak mudah tengik.
  • Bersihkan penggorengan dengan detergen sehingga bebas dari kerak dan kotoran lainnya. Jangan membiasakan menggunakan minyak bekas. Untuk mencegah kadar minyak yang berlebihan pada makanan gorengan, tiriskan makanan tersebut secara sempurna sebelum dimakan. (Enchi 2001:21)

2.3         Pemanfaatan Minyak Jelantah sebagai Pengganti Lilin Saat Lampu Padam
Lampu minyak tentu tidak asing lagi khususnya untuk daerah pedesaan. Lampu minyak ini adalah lampu tradisional yang sudah digunakan manusia sejak abad ke 18. Lampu ini adalah alternatif saat terjadi pemadaman listrik (mati lampu). Di kalangan masyarakat Jawa lampu ini dinamai dengan lampu senthir dan lampu teplok (ditempel di dinding).  (Ketaren 2005:24)
Namun seiring dengan berkembangnya zaman, sebelum abad ke 19, orang berhasil menciptakan lilin dari lemak sapi (yang banyak mengandung asam stearat) yang dipadatkan dan diberi sumbu untuk penerangan. Sekarang orang biasa membuat lilin dengan bahan bakar parafin. (Ketaren 2005:24)
Bagaimana jika listrik padam, sedangkan dirumah tidak ada lilin dan lampu minyak? Pemanfaatanlimbah minyak jelantah bekas penggorengan bisa dimanfaatkan sebagai penerangan pengganti lilin. Bagaimana caranya?


Pemanfaatan limbah minyak jelantah ini sangat mudah dan praktis. Cukup dengan menyiapkan barang bekasnya seperti minyak jelantah, kaleng bekas, kapas (potongan kain bekas).


















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1              Metode Penelitian
Penulis mengambil metode eksperimen untuk penelitian ini, yaitu percobaan untuk menguji kebenaran hipotesis dan memecahkan rumusan masalah.
3.2              Cara Pengumpulan Data
Penulis melakukan Observasi yaitu  pengamatan dengan mata secara langsung untuk mendapatkan data dari objek yang diteliti  demi kebenaran hipotesis dan pemecahan masalah.
Penulis juga menggunakan metode litelatur yaitu mengumpulkan beberapa informasi dari buku dan internet yang berkaitan dengan lili, minyak jelantah dan bahayanya.
3.3              Tempat dan Waktu
Penelitian tentang minyak jelantah sebagai pengganti lilin ini di laksanakan pada pukul 13.30 WIB di rumah Irma, Desa Gunung Alam Kec.Argamakmur Kab.Bengkulu Utara.
3.4              Alat dan Bahan
1.    Minyak Jelantah 200 Ml (setengah gelas).
2.    Potongan Kain bekas secukupnya bisa juga dengan kapas.
3.    Satu lembar alumunium bungkus rokok.
4.    Wadah dari kaleng (toples kaca bekas) yang tahan panas.
5.    1 buah Lilin.
6.    Stopwatch (jam tangan).
7.    Korek api

3.5              Penggunaan Alat dan Bahan
1.    Minyak Jelantah : sebagai objek utama yang diteliti,bahan bakar untuk penerang pengganti lilin.
2.    Potongan kain bekas (kapas) : sebagai sumbu untuk di nyalakan api.
3.    Alumunium bekas rokok: sebagai penyangga sumbu.
4.    Wadah : sebagai tempat objek utama. 
5.    Lilin : sebagai pembanding dengan objek pertama.
6.    Stopwatch: sebagai penghitung lamanya nyala api.
7.    Korek api: sebagai alat untuk menyalakan sumbu.

3.6         Cara Kerja
1.    Siapkan semua alat dan bahan yang diperlukan.
2.    Sobek alumunium dengan ukuran lebih kecil dari wadah, kemudian lubangi tengahnya sebesar kelingking untuk tempat kapas (kain) .
3.    Ambil kapas (kain) yang sudah dilumuri jelantah secukupnya kemudian masukkan ke lubang alumunium, hingga kapas (kain) mempunyai dua bagian atas dan bawah kemudian tekuk alumunium hingga 90 derajat untuk dudukan sumbu dan api.
4.    Masukkan minyak jelantah 200 Ml ke dalam wadah yang sudah disiapkan.
5.    Letakkan  aluminium rokok yang telah dimasukkan kapas tersebut dalam wadah yang telah terisi minyak kelapa. Jangan sampai aluminium rokok terendam dengan minyak kelapa.
6.    Bakar bagian atas kapas (kain).
7.    Bakar sumbu lilin bersamaan dengan kain.
8.    Hitung dengan stopwatch (jam tangan) dan amati nyala api hingga api padam.
9.    Catat hasil pengamatan







BAB IV
PEMBAHASAN

            Dari percobaan dengan metode percobaan dan pengamatan di dapatkan hasil sebagai berikut.

4.1         Tabel Hasil Pengamatan
No
Jenis penerangan
Lama nyala api
1.
minyak jelantah (200 ml)
3 jam  
2.
1 buah Lilin
1,5 jam

            Dari tabel pengamatan di atas dapat disimpulkan bahwa nyala api dari lampu bahan bakar minyak jelantah lebih tahan lama daripada nyala api dari lilin. Harga 1buah lilin saat ini adalah Rp. 1000; dan bisa menerangi ketika lampu padam 1,5 jam lamanya. Namun, apabila kita bandingkan dengan menggunakan lampu sederhana dari bahan bakar jelantah, dapat menerangi ketika lampu padam 3jam lamanya. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan minyak jelantah sebagai bahan bakar lebih tahan lama dari lilin bahkan dua kali lipatnya. Hal ini berarti bisa menghemat 2 lilin ( Rp.2000;).
            Dari hasil pengamatan juga mendapatkan hasil bahwa lampu berbahan bakar minyak jelantah ini tidak menimbulkan asap hitam seperti halnya lilin dan lampu minyak (lampu teplok).




BAB V
PENUTUP
5.1       Kesimpulan
            Dari penelitian dan pengamatan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa  langkah yang dapat ditempuh untuk mengatasi limbah jelantah adalah dengan digunakan sebagai bahan bakar nabati untuk pembuatan lampu sederhana pengganti lilin saat lampu padam.
            Pembuatan lampu dari minyak jelantah ini dapat meningkatkan nilai guna minyak jelantah, yang semula hanya sampah bisa di aplikasikan sebagai lampu sederhana yang praktis.
            Hal ini juga dapat mengurangi tingkat pencemaran lingkungan terutama pencemaran tanah, karena limbah minyak jelantah yang biasanya hanya di buang di tanah bisa digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat. Asap dari lampu nabati ini tidak menimbulkan asap hitam seperti lilin/lampu teplok sehingga tidak mengganggu pernafasan.
            Lampu nabati berbahan bakar minyak jelantah ini lebih ekonomis karena untuk mendapatkan lampu ini tidak perlu mengeluarkan biaya. Pembuatan lampu nabati ini hanya memanfaatkan barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai lagi. Lampu ini juga dapat menerangi dua kali lebih lama dari lilin, jadi dengan pemanfaatan limbah jelantah sebagai lampu ini, dapat menghemat pengeluaran dengan memanfaatkan limbah yang diaplikasikan secara mudah, praktis dan ramah lingkungan. 
5.2       Saran
            Sebaiknya masyarakat memanfaatkan pengaplikasian limbah minyak jelantah ini dalam kehidupan sehari hari, karena banyak manfaat yang di dapat serta bisa menambah nilai ekonomi limbah apabila lampu dari minyak jelantah ini di modifikasi dan diperdagangkan.

1 komentar: