judul karya ilmiah yang cukup menarik dan unik ini adalah terinspirasi dari pengalaman saya sendiri. semoga membantu dan bermanfaat ^_^
KARYA ILMIAH BAHASA INDONESIA
“LIMBAH JELANTAH sebagai PENERANG PENGGANTI
LILIN”
Nama
Kelompok :
1. Fikri
Candra Septiaji
2. Irma
Nur Anisah
3. Prika
Tri Handoko
4. Ryana
Puspita Sari
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NASIONAL
SMA NEGERI 1 ARGAMAKMUR
TAHUN AJARAN 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Limbah
Jelantah sebagai Penerang Pengganti Lilin”.
Penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan
yang disebabkan oleh karena kurangnya pengetahuan penulis. Namun berkat
bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Sehingga karya tulis ini dapat
terselesaikan. Maka dari itu, penulis harus mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1.
Bapak Drs. Bambang Purwanto, M.Pd selaku kepala sekolah SMA N.1
Argamakmur.
2.
Ibu Herlina Wati, M.Pd selaku guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia yang selalu membimbing dan memotivasi penulis dalam
pembuatan karya tulis hingga karya tulis ini selesai.
3.
Teman-teman kelas XI IPA 1 yang telah
membantu penulis dalam pembuatan karya tulis dari awal pembuatan hingga selesai
dan menginspirasi penulis dalam pembuatan karya tulis ini.
Penulis
sadar bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna. Maka
dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif supaya
penulis dapat lebih baik lagi dalam pembuatan tugas seperti ini. Penulis
berharap bahwa karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua umumnya
bagi pembaca.
Argamakmur, Maret 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul..................................................................................................................1
Kata
Pengantar.................................................................................................................2
Daftar
Isi..........................................................................................................................3
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................5
1.2 Batasan Masalah ......................................................................................................6
1.3 Rumusan
Masalah....................................................................................................6
1.4 Tujuan......................................................................................................................6
1.5
Manfaat....................................................................................................................7
1.6 Hipotesis..................................................................................................................7
1.7 Definisi
Operasional................................................................................................7
BAB
II KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian
Jelantah..................................................................................................8
2.11 Sifat Fisika
Jelantah.......................................................................................10
2.12 Sifat Kimia Jelantah.......................................................................................11
2.2 Pengertian
Lilin.......................................................................................................12
2.3 Bahaya Minyak Jelantah.........................................................................................12
2.4 Pemanfaatan Minyak Jelantah saat Lampu
Padam.................................................14
BAB
III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode
Penelitian...................................................................................................16
3.2 Cara
Pengumpulan
Data.........................................................................................16
3.3 Tempat dan Waktu..................................................................................................16
3.4 Alat dan
Bahan........................................................................................................16
3.5 Penggunaan Alat dan Bahan...................................................................................16
3.6 Cara
Kerja...............................................................................................................17
BAB
IV PEMBAHASAN
4.1
Tabel Hasil Pengamatan..........................................................................................18
BAB
V PENUTUP
5.1
Kesimpulan..............................................................................................................19
5.2
Saran........................................................................................................................19
Lampiran
Gambar............................................................................................................20
Daftar
Pustaka..................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia
dikenal dunia memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah, terutama minyak
bumi dan gas alam. Hal ini yang menjadikan Indonesia memanfaatkan sumber daya
alam tersebut dalam jumlah yang besar untuk kesejahteraan masyarakatnya.
Indonesia termasuk negara penyumbang minyak terbesar di dunia oleh karena itu
hal ini dikhawatirkan berdampak kepada sumber daya alam tersebut, dimana kita
ketahui SDA minyak bumi dan gas alam adalah sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui dan lama-kelamaan akan habis di gali. Kemungkinan Indonesia
kehilangan SDA tersebut sangat besar, sehingga menyebabkan kelangkaan bahan
bakar yang sekarang ini saja sudah terasa dampaknya, dengan kelangkaan minyak
tanah, dan harga minyak dunia yang semakin tinggi.
Permasalahan
di atas menjadikan kita harus berpikir bagaimana caranya untuk mengganti SDA
tersebut dengan sumber daya energi yang murah dan tepat guna? Sebagai jawaban
dari permasalahan tersebut adalah bioenergi. Bioenergi sendiri merupakan sumber
daya alternatif yang dapat digunakan berulang-ulang, untuk mengganti sumber
daya fosil yang banyak digunakan di Indonesia saat ini.
Produksi minyak sawit setiap tahun
menunjukkan kenaikan yang sangat cepat. Sejak
tahun 2006 Indonesia telah menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia.
Lebih dari setengah produksi minyak sawit Indonesia digunakan untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri yang banyak di dominasi oleh industri minyak goreng.
Kebutuhan minyak sawit industri minyak goreng dalam negeri mencapai 6529,3 ton
pada tahun 2007 (54 %) dan sebagian kecil digunakan untuk memenuhi kebutuhan
industri oleokimia (5 %), industri sabun & industri margarin (3 %) serta
sisanya (± 40 %) diekspor (BPS, 2006).
Kebutuhan minyak goreng ini banyak
dipakai baik untuk kebutuhan industri pangan maupun industri rumah tangga.
Seiring dengan besarnya konsumsi dan pemakaian minyak goreng ini, maka keberadaan
minyak goreng bekas atau minyak jelantah menjadi melimpah.
Bila
tidak digunakan kembali, minyak jelantah biasanya dibuang begitu saja ke
saluran pembuangan. Limbah yang terbuang ke pipa pembuangan dapat menyumbat
pipa pembuangan karena pada suhu rendah minyak maupun lemak akan membeku dan
mengganggu jalannya air pada saluran pembuangan. Minyak ataupun lemak yang
mencemari perairan juga dapat mengganggu ekosistem perairan karena dapat
menghalangi masuknya sinar matahari yang sangat dibutuhkan oleh biota perairan.
Oleh karena itu diperlukan solusi untuk memanfaatkan limbah minyak goreng
bekas, salah satunya dapat dimanfaatkan sebagai pengganti lilin saat mati lampu.
1.2
Batasan
Masalah
Dalam penelitian ini ditentukan batasan masalahnya
yaitu “Bagaimana cara memanfaatkan limbah minyak jelantah sebagai pengganti
lilin saat mati lampu?”
1.3
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang di atas, usaha kreatif sangat di perlukan untuk mengatasi limbah
minyak jelantah dari sisa-sisa industri makanan. Maka dapat ditentukan rumusan
masalahnya,yaitu:
1. Langkah
apa yang dapat ditempuh untuk mengatasi limbah minyak jelantah?
2. Bagaimana
cara mengaplikasikan pemanfaatan limbah minyak jelantah sebagai pengganti
lilin?
3. Apa
saja manfaat yang di dapat dari pemanfaaatan limbah minyak jelantah?
1.4
Tujuan
Pembuatan karya ilmiah
ini bertujuan untuk :
1. Mengaplikasikan
pemanfaatan limbah minyak jelantah dalam kehidupan sehari-hari.
2. Memodifikasi
lampu yang bahan bakarnya dari limbah minyak jelantah.
1.5
Manfaat
Manfaat
yang diharapkan dari pembuatan lampu dan kompor minyak antara lain :
1.
Mengatasi masalah limbah minyak jelantah
yang melimpah.
2.
Meningkatkan nilai ekonomi minyak
jelantah menjadi bahan bakar nabati .
3.
Membantu mengatasi kelangkaan bahan
bakar minyak tanah di kalangan masyarakat.
4.
Meningkatkan nilai guna minyak jelantah
sebagai limbah yang tidak digunakan lagi.
1.6
Hipotesis
1. Lampu
dari limbah minyak jelantah lebih ekonomis dan ramah lingkungan.
2. Lampu
bahan bakar nabati akan mengurangi tingkat pencemaran lingkungan rumah tangga.
3. Lampu
bahan bakar nabati akan lebih menguntungkan karena ekonomis, ramah lingkungan
dan sangat praktis.
1.6 Definisi Operasional
1. Limbah
Limbah adalah bahan
buangan tidak terpakai yang berdampak negatif terhadap masyarakat jika tidak
dikelola dengan baik. Limbah adalah sisa produksi, baik dari alam maupun hasil
dari kegiatan manusia.
2. Minyak
Jelantah
Minyak goreng yang
sudah di gunakan untuk penggorengan yang akan mencemari tanah dan lingkungan
apabila di buang sembarangan.
3. Lilin
Sumber penerangan yang
terdiri dari sumbu, bahan padat dan dinyalakan dengan api yang biasanya
digunakan masyarakat saat lampu padam.
4. Lampu
Teplok
Lampu yang terdiri dari
sumbu, menggunakan wadah berisi bahan bakar minyak tanah, namun bedanya dengan
sentih, lampu ini di tempel di dinding-dinding rumah biasanya digunakan sebagai
penerangan saat lampu padam.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
2.1 Pengertian Minyak Jelantah
Minyak
jelantah barangkali tidak asing lagi bagi ibu-ibu rumah tangga. Menurut
pendapat Vitex Grandis (1980:67) Minyak
jelantah atau waste of vegetable cooking oil adalah minyak yang sudah
pernah dipakai, sehingga sudah mengandung akrilamida, radikal bebas, dan asam
lemak trans (lemak jenuh yang menggemukkan). Terlebih kalau warnanya sudah
kecoklatan, dan teksturnya kental. Kalau dipanaskan lagi, semakin tinggi kandungan
senyawa-senyawa karsinogenik (senyawa kimia) tersebut di dalamnya. Vitex
Grandis (1980:67)
Minyak
jelantah ini akam mencemari lingkungan apabila dibuang sembarangan namun tidak
baik untuk kesehatan apabila dikonsumsi lebih dari tiga kali pemanasan. Pengunaan
minyak yang berulangkali terpaksa dilakukan karena terus melambungnya harga
minyak goreng saat ini. Minyak ini dapat di gunakan kembali namun tidak boleh
lebih dari tiga kali pemanasan. Biasanya digunakan kembali untuk keperluan
kuliner akan tetapi, abila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah
mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama
proses penggorengan. Jadi jelas bahwa pemakaian minyak jelantah yang
berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia, menimbulkan penyakit kanker, dan
akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya. Vitex
Grandis (1980:69)
Menurut
seorang mahasiswa semester delapan Unand, Aster
Rahayu (2006:14) Minyak jelantah juga dapat digunakan kembali sebagai minyak
goreng yang bersih tanpa kotoran, dengan cara minyak jelantah tersebut direndam
bersama dengan ampas tebu, maka nantinya warna coklat dan kotoran pada minyak
jelantah akan terserap oleh ampas tebu tersebut, sehingga minyak jelantah
tersebut akan kembali bersih dan dapat dipakai kembali.
Menurut BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), minyak jelantah (waste of vegetable cooking oil) telah
mengalami perubahan struktur kimiawinya akibat proses penggorengan. Minyak
jelantah mengandung asam lemak jenuh yang tinggi yang berbahaya bagi tubuh.
Kandungan kolesterol baik (HDL) semakin berkurang sementara kolesterol buruk
(LDL) semakin meningkat. Hal ini dapat memicu berbagai penyakit seperti hipertensi,
penyumbatan peredaran darah, penyakit jantung, dan stroke. Bahkan lebih
dari itu, minyak jelantah dapat menyebabkan kanker colon pada usus
besar. Minyak jelantah juga dapat merusak nutrisi baik yang dikandung makanan.
Contohnya ikan salmon yang mengandung Omega-3, nutrisi yang bermanfaat untuk
menurunkan kolesterol dalam darah, akan hilang khasiatnya jika digoreng dengan
minyak jelantah karena komposisi ikatan rangkapnya menjadi rusak. (Aster Rahayu
2006:14)
Minyak jelantah, sama halnya dengan
minyak goreng yang belum digunakan, masih memiliki asam lemak dalam bentuk
terikat dalam trigliserida, tetapi dalam minyak jelantah mengandung
senyawa-senyawa hasil dekomposisi minyak. Minyak jelantah umumnya dihasilkan
dari menggoreng bahan pangan dengan teknik deep frying, yaitu merendam seluruh
bahan pangan di dalam minyak goreng. Sisa minyak goreng tersebut biasanya tidak
langsung dibuang, melainkan ditambahkan sedikit minyak goreng yang baru untuk
digunakan kembali secara berulang-ulang. (Aster Rahayu 2006:15)
2.11 Sifat Fisika Minyak Jelantah
Penggunaan minyak jelantah secara
berulang-ulang akan mengubah warna minyak menjadi lebih gelap, pembentukan
busa, timbul bau tengik, serta peningkatan viskositas dan massa jenis minyak.
Perubahan warna minyak yang menjadi lebih gelap selain disebabkan
teroksidasinya pigmen pigmen beta karoten dan klorofil, juga akibat
polimerisasi hasil-hasil oksidasi sekunder dan interaksi minyak goreng dengan komponen di dalam bahan pangan. Bau tengik
dari minyak jelantah disebabkan minyak yang rusak akibat proses oksidasi dan
pemanasan berulang, sehingga menghasilkan senyawa aldehid, keton, hidrokarbon,
alkohol serta senyawa-senyawa aromatik. Peningkatan viskositas dan massa jenis
disebabkan adanya komponen-komponen sekunder hasil reaksi hidrolisis, oksidasi
maupun polimerisasi minyak jelantah. (Ketaren1986: 8).
2.12
Sifat Kimia Minyak Jelantah
Pemanasan dan penggunaan minyak
jelantah yang berulang-ulang akan mengubah komposisi kimiawi dari minyak
goreng. Perubahan ini dapatdisebabkan proses oksidasi, polimerisasi, hidrolisis
dan karamelisasi yang terjadi di dalamnya. Proses pemanasan yang tinggi dari
minyak goreng dapat menyebabkan komponen-komponen di dalam minyak seperti
karoten dan klorofil mengalami oksidasi. Terjadinya reaksi oksidasi ditandai
dengan perubahan warna minyak menjadi lebih gelap, sehingga semakin sering
digunakan warna minyak semakin gelap.
Minyak jelantah memiliki kandungan
asam lemak bebas yang tinggi akibat proses oksidasi dan hidrolisis komponen
minyak goreng. Proses hidrolisis minyak goreng terjadi bila sejumlah air
terkandung di dalam bahan pangan. Reaksi hidrolisis dari minyak goreng akan
menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Tingginya asam lemak bebas tersebut
akan meningkatkan bilangan asam minyak goreng. Proses oksidasi dapat
berlangsung bila terjadi kontak dengan oksigen, biasanya oksidasi dimulai
dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida. Tingkat selanjutnya adalah
terurainya asam-asam lemak hasil proses oksidasi disertai dengan konversi
hidroperoksida menjadi aldehid, keton serta asam-asam lemak bebas (Ketaren
1986: 8).
Pembentukan senyawa polimer selama
proses menggoreng dapat terjadi akibat adanya reaksi polimerisasi adisi dari
asam lemak tak jenuh di dalam minyak goreng. Hal ini terbukti dengan
terbentuknya bahan menyerupai gum yang mengendap pada dasar wadah (Ketaren
1986: 14).
Pemanasan yang tinggi juga mengubah
asam lemak tak jenuh menjadi asam lemak jenuh. Minyak yang mengandung asam
lemak tak jenuh lebih mudah diabsorpsi oleh usus dibandingkan mengandung asam
lemak jenuh dapat mengakibatkan arthero sclerosis. Selain itu, proses tersebut
juga dapat menghasilkan senyawa-senyawa radikal bebas yang bersifat
karsinogenik di dalam minyak jelantah. Oleh karena itu pemakaian minyak
jelantah yang berkelanjutan dapat merusak dan menurunkan kualitas dari minyak
goreng serta mengganggu kesehatan manusia. (Sidjabat 2003: 2)
2.1
Pengertian Lilin
Lilin adalah sumber penerangan yang terdiri dari sumbu
yang diselimuti oleh bahan bakar padat. Sebelum abad ke-19,
bahan bakar yang digunakan biasanya adalah lemak
sapi
(yang banyak mengandung asam stearat.
Sekarang yang biasanya digunakan adalah parafin.Dengan
menyebarnya penerangan listrik,
saat ini lilin lebih banyak digunakan untuk keperluan lain, misalnya dalam
upacara agama,
perayaan ulang tahun, pewangi ruangan, dan sebagainya.
(wikipedia 2000:1106).
2.2
Bahaya
Minyak Jelantah
Umumnya, minyak goreng
digunakan untuk menggoreng dengan suhu minyak mencapai 200-300 °C. Pada suhu
ini, ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh rusak, sehingga tinggal asam
lemak jenuh saja. Risiko terhadap meningkatnya kolesterol darah tentu menjadi
semakin tinggi. Selain itu, vitamin yang larut di dalamnya, seperti vitamin A,
D, E, dan K ikut rusak. Kerusakan minyak goreng terjadi atau berlangsung
selama proses penggorengan, dan itu mengakibatkan penurunan nilai gizi terhadap
makanan yang digoreng. Minyak goreng yang rusak akan menyebabkan tekstur,
penampilan, cita rasa dan bau yang kurang enak pada makanan. Dengan pemanasan minyak
yang tinggi dan berulang-ulang, juga dapat terbentuk akrolein, di mana akrolein
adalah sejenis aldehida yang dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan,
membuat batuk konsumen dan yang tak kalah bahaya adalah dapat mengakibatkan
pertumbuhan kanker dalam hati dan pembengkakan organ, khususnya hati dan
ginjal. (Kataren 1986:36)
Minyak goreng yang
telah dipakai secara berulang-ulang, akan mengalami beberapa reaksi yang dapat
menyebabkan menurunkan mutu minyak. Pada suhu pemanasan sampai terbentuk akrolein.
Minyak yang telah digunakan untuk menggoreng akan mengalami peruraian
molekul-molekul, sehingga titik asapnya turun. Bila minyak digunakan berulang
kali, semakin cepat terbentuk akrolein. Yang membuat batuk orang yang memakan
hasil gorengannya. Jelantah juga mudah mengalami reaksi oksidasi sehingga jika
disimpan cepat berbau tengik. (Enchi 2001:13)
Selain itu, minyak
jelantah juga disukai jamur aflatoksin sebagai tempat berkembang biak. Jamur
ini menghasilkan racun aflatoksin yang menyebabkan berbagai penyakit, terutama
hati/liver. Minyak Jelantah merupakan limbah dan bila ditinjau dari komposisi
kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik
(penyebab kanker). Jadi, jelas bahwa pemakaian minyak jelantah dapat merusak kesehatan
manusia. Menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi
kecerdasan generasi berikutnya.
Selanjutnya, proses dehidrasi
(hilangnya air dari minyak) akan meningkatkan kekentalan minyak dan pembentukan
radikal bebas (molekul yang mudah bereaksi dengan unsur lain). Proses ini
menghasilkan zat yang bersifat toksik (berefek racun) bagi manusia. (Enchi
2001:13)
Jadi, penggunaan minyak jelantah
secara berulang berbahaya bagi kesehatan. Proses tersebut dapat membentuk
radikal bebas dan senyawa toksik yang bersifat racun. Pada minyak goreng merah,
seperti minyak kelapa sawit, kandungan karoten pada minyak tersebut menurun
setelah penggorengan pertama. Dan hampir semuanya hilang pada penggorengan
keempat. Minyak jelantah sebaiknya tidak digunakan lagi bila warnanya berubah
menjadi gelap, sangat kental, berbau tengik, dan berbusa.
Kiat memilih minyak goreng dan mencegah dampak
negatifnya:
- Pilihlah minyak goreng yang sesuai dengan kebutuhan.
- Jangan lupa baca label dan informasi yang lengkap. Bagi yang memiliki kadar kolesterol darah tinggi, hendaknya memilih minyak yang banyak mangandung asam lemak tidak jenuh, seperti minyak jagung dan minyak kedelai.
- Jangan memilih minyak goreng hanya dengan warna dan penampilan. Minyak yang jernih tak selalu lebih baik dari minyak yang berwarna kuning pekat. Warna dipengaruhi oleh karotenoid dan komponen lain dalam minyak. Dalam beberapa hal, karotenoid sangat menguntungkan bagi kesehatan. Sedapat mungkin bahan pangan yang digoreng menggunakan minyak yang sedikit. Hal ini menghindari penyerapan minyak yang berlebihan dan menghindari pemakaian minyak yang berulang-ulang. (Enchi 2001:29)
Usaha yang dapat dilakukan agar minyak goreng
tidak mudah rusak:
- Sebaiknya panas yang digunakan tidak terlalu tinggi.
- Simpan minyak goreng di tempat yang tertutup rapat, dingin, dan terhindar dari panas matahari. Dengan demikian minyak goreng terhindar dari oksidasi dan tidak mudah tengik.
- Bersihkan penggorengan dengan detergen sehingga bebas dari kerak dan kotoran lainnya. Jangan membiasakan menggunakan minyak bekas. Untuk mencegah kadar minyak yang berlebihan pada makanan gorengan, tiriskan makanan tersebut secara sempurna sebelum dimakan. (Enchi 2001:21)
2.3
Pemanfaatan
Minyak Jelantah sebagai Pengganti Lilin Saat Lampu Padam
Lampu minyak tentu tidak asing lagi
khususnya untuk daerah pedesaan. Lampu minyak ini adalah lampu tradisional yang
sudah digunakan manusia sejak abad ke 18. Lampu ini adalah alternatif saat
terjadi pemadaman listrik (mati lampu). Di kalangan masyarakat Jawa lampu ini
dinamai dengan lampu senthir dan lampu teplok (ditempel di dinding). (Ketaren 2005:24)
Namun seiring dengan berkembangnya
zaman, sebelum abad ke 19, orang berhasil menciptakan lilin dari lemak sapi
(yang banyak mengandung asam stearat) yang dipadatkan dan diberi sumbu untuk
penerangan. Sekarang orang biasa membuat lilin dengan bahan bakar parafin. (Ketaren
2005:24)
Bagaimana jika listrik padam,
sedangkan dirumah tidak ada lilin dan lampu minyak? Pemanfaatanlimbah minyak
jelantah bekas penggorengan bisa dimanfaatkan sebagai penerangan pengganti
lilin. Bagaimana caranya?
Pemanfaatan limbah minyak jelantah
ini sangat mudah dan praktis. Cukup dengan menyiapkan barang bekasnya seperti
minyak jelantah, kaleng bekas, kapas (potongan kain bekas).
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1
Metode
Penelitian
Penulis
mengambil metode eksperimen untuk penelitian ini, yaitu percobaan untuk menguji
kebenaran hipotesis dan memecahkan rumusan masalah.
3.2
Cara
Pengumpulan Data
Penulis
melakukan Observasi yaitu pengamatan
dengan mata secara langsung untuk mendapatkan data dari objek yang
diteliti demi kebenaran hipotesis dan
pemecahan masalah.
Penulis juga menggunakan metode
litelatur yaitu mengumpulkan beberapa informasi dari buku dan internet yang
berkaitan dengan lili, minyak jelantah dan bahayanya.
3.3
Tempat
dan Waktu
Penelitian
tentang minyak jelantah sebagai pengganti lilin ini di laksanakan pada pukul
13.30 WIB di rumah Irma, Desa Gunung Alam Kec.Argamakmur Kab.Bengkulu Utara.
3.4
Alat
dan Bahan
1. Minyak
Jelantah 200 Ml (setengah gelas).
2. Potongan
Kain bekas secukupnya bisa juga dengan kapas.
3. Satu
lembar alumunium bungkus rokok.
4. Wadah
dari kaleng (toples kaca bekas) yang tahan panas.
5. 1
buah Lilin.
6. Stopwatch
(jam tangan).
7. Korek
api
3.5
Penggunaan
Alat dan Bahan
1. Minyak
Jelantah : sebagai objek utama yang diteliti,bahan bakar untuk penerang
pengganti lilin.
2. Potongan
kain bekas (kapas) : sebagai sumbu untuk di nyalakan api.
3. Alumunium
bekas rokok: sebagai penyangga sumbu.
4. Wadah
: sebagai tempat objek utama.
5. Lilin
: sebagai pembanding dengan objek pertama.
6. Stopwatch:
sebagai penghitung lamanya nyala api.
7. Korek
api: sebagai alat untuk menyalakan sumbu.
3.6
Cara
Kerja
1. Siapkan
semua alat dan bahan yang diperlukan.
2. Sobek
alumunium dengan ukuran lebih kecil dari wadah, kemudian lubangi tengahnya
sebesar kelingking untuk tempat kapas (kain) .
3. Ambil
kapas (kain) yang sudah dilumuri jelantah secukupnya kemudian masukkan ke
lubang alumunium, hingga kapas (kain) mempunyai dua bagian atas dan bawah
kemudian tekuk alumunium hingga 90 derajat untuk dudukan sumbu dan api.
4. Masukkan
minyak jelantah 200 Ml ke dalam wadah yang sudah disiapkan.
5. Letakkan aluminium rokok yang telah dimasukkan kapas
tersebut dalam wadah yang telah terisi minyak kelapa. Jangan sampai aluminium
rokok terendam dengan minyak kelapa.
6. Bakar
bagian atas kapas (kain).
7. Bakar
sumbu lilin bersamaan dengan kain.
8. Hitung
dengan stopwatch (jam tangan) dan amati nyala api hingga api padam.
9. Catat
hasil pengamatan
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari percobaan dengan metode
percobaan dan pengamatan di dapatkan hasil sebagai berikut.
4.1
Tabel Hasil Pengamatan
|
No
|
Jenis penerangan
|
Lama nyala api
|
|
1.
|
minyak
jelantah (200 ml)
|
3 jam
|
|
2.
|
1
buah Lilin
|
1,5 jam
|
Dari
tabel pengamatan di atas dapat disimpulkan bahwa nyala api dari lampu bahan
bakar minyak jelantah lebih tahan lama daripada nyala api dari lilin. Harga
1buah lilin saat ini adalah Rp. 1000; dan bisa menerangi ketika lampu padam 1,5
jam lamanya. Namun, apabila kita bandingkan dengan menggunakan lampu sederhana
dari bahan bakar jelantah, dapat menerangi ketika lampu padam 3jam lamanya.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan minyak jelantah sebagai bahan bakar lebih
tahan lama dari lilin bahkan dua kali lipatnya. Hal ini berarti bisa menghemat
2 lilin ( Rp.2000;).
Dari hasil pengamatan juga
mendapatkan hasil bahwa lampu berbahan bakar minyak jelantah ini tidak
menimbulkan asap hitam seperti halnya lilin dan lampu minyak (lampu teplok).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian dan pengamatan yang
telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa langkah yang dapat ditempuh untuk mengatasi
limbah jelantah adalah dengan digunakan sebagai bahan bakar nabati untuk
pembuatan lampu sederhana pengganti lilin saat lampu padam.
Pembuatan lampu dari minyak jelantah
ini dapat meningkatkan nilai guna minyak jelantah, yang semula hanya sampah
bisa di aplikasikan sebagai lampu sederhana yang praktis.
Hal ini juga dapat mengurangi
tingkat pencemaran lingkungan terutama pencemaran tanah, karena limbah minyak
jelantah yang biasanya hanya di buang di tanah bisa digunakan untuk hal yang
lebih bermanfaat. Asap dari lampu nabati ini tidak menimbulkan asap hitam
seperti lilin/lampu teplok sehingga tidak mengganggu pernafasan.
Lampu nabati berbahan bakar minyak
jelantah ini lebih ekonomis karena untuk mendapatkan lampu ini tidak perlu
mengeluarkan biaya. Pembuatan lampu nabati ini hanya memanfaatkan barang-barang
bekas yang sudah tidak terpakai lagi. Lampu ini juga dapat menerangi dua kali
lebih lama dari lilin, jadi dengan pemanfaatan limbah jelantah sebagai lampu
ini, dapat menghemat pengeluaran dengan memanfaatkan limbah yang diaplikasikan
secara mudah, praktis dan ramah lingkungan.
5.2 Saran
Sebaiknya
masyarakat memanfaatkan pengaplikasian limbah minyak jelantah ini dalam
kehidupan sehari hari, karena banyak manfaat yang di dapat serta bisa menambah
nilai ekonomi limbah apabila lampu dari minyak jelantah ini di modifikasi dan
diperdagangkan.
makasih
BalasHapus